Beranda | Artikel
Antara Shalat Dan Memandang Allah (2)
Senin, 3 Juni 2013

Adapun dalil dalam Hadits, terdapat dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim), dari Jarir bin Abdillah radhiallahu’anhu berkata, “Kami pernah duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat itu beliau memandang ke arah bulan ketika purnama. Beliau bersabda,

أما إنكم سترون ربكم كما ترون هذا القمر لا تضامون في رؤيته فإن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس وقبل غروبها فافعلوا يعني العصر والفجر ثم قرأ جرير وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَ‌بِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُ‌وبِهَا

Sesungguhnya kalian akan memandang Rabb kalian sebagaimana kalian memandang bulan ini. Kalian tidak berdesakan ketika memandang Allah. Jika kalian mampu, untuk tidak melewatkan shalat sebelum terbitnya matahari dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (shalat Ashar dan Subuh), lakukanlah!

Kemudian Jarir membaca ayat

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَ‌بِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُ‌وبِهَا

Dan bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya” (QS Thaha: 130) (HR. Bukhori no. 554, Muslim no. 633)

Di dalam hadits ini terdapat sebuah petunjuk adanya hubungan antara shalat dengan memandang Allah. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Konon kesesuaian perintah untuk menjaga kedua shalat ini setelah disebutkan memandang Allah adalah: Sesuatu yang paling mulia di surga adalah memandang Allah Azza wa Jalla. Sedangkan sesuatu yang paling mulia dari berbagai amalan di dunia adalah kedua amal shalat ini. Maka dengan menjaga kedua shalat tersebut seseorang diharapkan dapat masuk ke dalam surga dan memandang Allah Azza wa Jalla di dalam surga” (Fathul Baari 323/4).

Tidak diragukan lagi, ketika para sahabat mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kalian akan memandang Rabb kalian sebagaimana kalian memandang bulan“, maka muncul kerinduan yang sangat besar pada hati mereka dan mereka akan bertanya-tanya akan amalan apa yang dapat mengantarkan kepada hal yang agung tersebut. Merupakan sebuah kesempurnaan nasihat dan penjelasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menjawab tanpa terlebih dahulu ditanya, Nabi bersabda, “Jika kalian mampu, untuk tidak terlewatkan shalat sebelum terbitnya matahari dan shalat sebelum tenggelamnya matahari, lakukanlah!”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan hal ini bahwasanya memandang Allah Azza wa Jalla di hari kiamat kelak tidak dapat dicapai hanya dengan angan-angan saja.

لَّيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab” (QS An-Nisa:123)

Bahkan untuk memperoleh hal tersebut haruslah dengan beramal yang disertai keseriusan, kesungguhan, dan berserah diri kepada Allah Tabaaraka wa Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menujukkan sebab yang dengannya seorang hamba dapat memandang Allah Azza wa Jalla yaitu: dengan menjaga kedua shalat yang agung, shalat Ashar dan shalat Subuh.

Banyak dalil yang menunjukkan keutamaan kedua shalat tersebut. Dalil-dalil tersebut berbicara secara khusus mengenai dua shalat ini karena agungnya keutamaan kedua shalat tersebut serta rasa berat bagi banyak manusia untuk menunaikan kedua shalat tersebut. Barangsiapa yang mencurahkan tenaganya kemudian Allah menolongnya dan memberikan taufik kepadanya untuk menjaga kedua shalat ini maka shalat yang lainnya pun akan terjaga. Terlebih lagi shalat Subuh yang mana shalat ini membuka sebuah hari. Barangsiapa yang Allah muliakan dengan menegakkan serta memperhatikan shalat Subuh maka akan dimudahkan untuk menegakkan shalat yang lainnya di hari tersebut. Apa yang dilakukan oleh seorang hamba di waktu Subuhnya akan berpengaruh dengan apa yang dilakukan di sepanjang hari. Sebagaimana perkatan sebagian salaf, “Harimu seperti untamu, apabila engkau mengikat unta yang awal, maka yang terkhir pun akan mengikutimu”

Dalam sabda Nabi, “untuk tidak terlewatkan” hal ini mengisyaratkan bahwasanya di dunia ini banyak perkara yang membuat seseorang terlewat untuk menjaga dua shalat ini. Betapa banyak hal-hal yang memalingkan kita pada masa sekarang ini. Sebagian manusia terlewatkan shalat yang merupakan penyejuk pandangan seorang mukmin karena minum-minum teh, obrolan yang tidak penting, teman yang kurang beradab, hal yang sia-sia lagi batil dan melihat hal-hal yang buruk. Sebagian manusia ada pula yang terlewatkan karena tidur dan malas.

Dalam hadits ini juga terdapat pelajaran yang menunjukkan bahwasanya keyakinan yang benar itu membekas pada amal dan perbuatan seseorang. Ketika bertambah iman seseorang maka bertambah pula keistiqomahan, kesungguhan, upaya, dan penjagaannya dalam melakukan ketaatan kepada Allah.

Imam an-Nasaai meriwayatkan dalam Sunan-nya, dari Atha bin Saaib dari bapaknya, ia berkata, Kami shalat diimami ‘Ammar bin Yaasir, dia mengerjakan shalat itu dengan ringan. Kemudian ada sebagian orang yang berkata kepadanya, “Sungguh engkau telah meringankan shalat”, Ia menjawab, “Adapun untuk hal tersebut sungguh aku telah berdo’a didalamnya dengan do’a yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudia ketika ‘Ammar bangkit dan pergi, ada seseorang lelaki yang mengikutinya, yaitu Ubay, ia bertanya tentang doa tersebut, kemudian ia pergi dan mengabarkan doa tersebut kepada kaumnya:

اللهم بعلمك الغيب وقدرتك على الخلق أحيني ما علمت الحياة خيرا لي وتوفني إذا علمت الوفاة خيرا لي اللهم وأسألك خشيتك في الغيب والشهادة وأسألك كلمة الحق في الرضا والغضب وأسألك القصد في الفقر والغنى وأسألك نعيما لا ينفد وأسألك قرة عين لا تنقطع وأسألك الرضاء بعد القضاء وأسألك برد العيش بعد الموت وأسألك لذة النظر إلى وجهك والشوق إلى لقائك في غير ضراء مضرة ولا فتنة مضلة اللهم زينا بزينة الإيمان واجعلنا هداة مهتدين

Ya Allah, dengan ilmu-Mu atas yang ghaib dan dengan kemahakuasaan-Mu atas seluruh makhluk, perpanjanglah hidupku, bila Engkau mengetahui bahwa kehidupan selanjutnya lebih baik bagiku. Dan matikan aku dengan segera, bila Engkau mengetahui bahwa kematian lebih baik bagiku. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu agar aku takut kepada-Mu dalam keadaan sembunyi (sepi) atau ramai. Aku mohon kepada-Mu, agar dapat berpegang dengan kalimat haq di waktu rela atau marah. Aku minta kepada-Mu, agar aku bisa melaksanakan kesederhanaan dalam keadaan kaya atau fakir, aku mohon kepada-Mu agar diberi nikmat yang tidak habis dan aku minta kepada-Mu, agar diberi penyejuk mata yang tak terputus. Aku mohon kepada-Mu agar aku dapat rela setelah ketentuan-Mu (turun pada kehidupanku). Aku mohon kepada-Mu kehidupan yang menyenangkan setelah aku meninggal dunia. Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di Surga), kerinduan bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan serta fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan keimanan dan jadikanlah kami sebagai penunjuk jalan (lurus) yang memperoleh bimbingan dari-Mu.” (Sunan an-Nasaai no. 1305, Shohih al-Albani dalam Takhrij al-Musyakah 769/2)

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita semua untuk menjaga shalat. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kenikmatan memandang wajah-Nya, kerinduan bertemu dengan-Nya tanpa penderitaan yang membahayakan dan tidak pula dengan fitnah yang menyesatkan.

[diterjemahkan dari kitab Ta’zhimus Shalah karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badr]

Penerjemah: Muhammad Oksa
Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Hukum Kotoran Cicak, Pengertian Ibadah Menurut Para Ahli, Pengertian Sombong Menurut Islam, Peran Wanita Dalam Rumah Tangga


Artikel asli: https://muslim.or.id/15454-antara-shalat-dan-memandang-allah-2.html